Cerpen Horror

3:08 AM
Cerpen memang sangat banyak sekali jenisnya. Ada cerpen remaja, cerpen pendidikan, cerpen singkat hingga cerpen horror. Cerpen horror isinya seuai dengan namanya, yaitu sebuah kisah yang menakutkan. Nah, bagi Anda yang sedang mencari contoh cerpen horror, berikut ini contohnya.

Sebuah Cerpen Horror
Judul: Wanita Malam

Erlangga masih smamak mengerjakan segala laporan perusahaannya, berkutat dengan kertas-kertas serta coretan-coretan kertas di meja kerjanya. Erlangga tak menyadari bahwa jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Esok hari Erlangga harus membereskan segala laporan yang ada dan menyerahkannya kepada atasannya. Akhirnya Erlangga menyerah juga, Erlangga memutuskan untuk pulang ke rumah dan beristirahat serta jika masih memungkinkan ia akan mengerjakan laporannya dini hari di rumahnya.

Pada hari itu jalan Kartini ditutup karena ada sebuah penggalian jalan, akhirnya Erlangga pun berbalik arah untuk mencari jalan alternatif. Dia lantas melewati jalan Kramajati, saat itu waktu telah menunjukkan pukul 11 malam. Ketika ia berjalan melewati sebuah halte, terdapat seorang perempuan duduk dipinggir halte, tampak sedang menunggu bus.

Erlangga mengamati sosok perempuan itu, ia mengenakan sebuah gaun panjang berwarna biru tua. Rambutnya lurus sebahu dan membawa beberapa buah buku. Disana perempuan itu tersenyum pada Erlangga, Erlangga merasa bahwa ia mengenal perempuan tersebut. Setelah ia mengamati perempuan itu ternyata ia adalah teman sekampus Erlangga dahulu, Yuna Aprilia Mustika. Erlangga pun menghentikan mobilnya dan tersenyum pada Yuna.
“Yuna?”
Yuna mengangguk dan tersenyum, secerah senyum mengambang dari mukanya.
“Bareng yuuuk?” saut Erlangga.

Yuna hanya mengganggukkan kepalanya kecil dan kembali tersenyum kepada Erlangga. Erlangga pun mengantarkan Yuna hingga ke rumahnya, beberapa tahun yang lalu ketika mereka masih kuliah, Erlangga pernah mengantar Yuna pulang. Yuna tersenyum pada Erlangga dan menyalami tangan Erlangga. Yuna begitu harum dan cantik malam itu, hingga semalaman setelah ia mengantar gadis itu pergi ke rumahnya, ia masih memikirkan gadis itu. Senyumannya, binar matanya, bahkan sifat kaku dan diamnya yang hingga kini masih dimilikinya. Hanya ada yang berbeda pada malam itu, parfumya  kini harum melati padahal sebelumnya Yuna menyukai bau parfum yang ceria.
         
Keesokan harinya, Erlangga pulang pukul delapan malam dari kantornya, ia sengaja pulang lebih awal agar bisa bertemu Yuna. Ia rasa ia mencintai Yuna, padahal dulu saat kuliah ia tak merasakan getaran yang aneh dikala bertemu Yuna, namun kini, hanyalah Yuna yang ada didalam fikirannya.

Belum lama ia memasuki jalan Kramajati, dia langsung menemukan Yuna. Disana, Yuna mengenakan gaun berwarna hitam panjang. Ia tampak begitu anggun dan menawan. Akhirnya, Erlangga pun kembali mengajak Yuna pulang bersama. Yuna mengajak Erlangga berjalan sejenak ditaman, disana Yuna dan Erlangga saling tersenyum, tangan keduanya saling bergenggaman, namun entah mengapa hari itu Yuna begitu dingin, tak seperti biasanya, harum melatinya semakin menyengat.

Yuna pun akhirnya kembali diantar pulang oleh Erlangga ke rumahnya, disana Yuna melambaikan tangannya dan memberikan senyuman manis untuk Erlangga. Malam itu begitu dingin, Erlangga memberikan jaketnya untuk Yuna. Yuna mengenakan jaket cokelat Erlangga tersebut dan lalu Yuna memasuki rumahnya.

Erlangga mengawali harinya dengan berbunga- bunga, temannya Kasih bingung melihat perubahan sikap Erlangga yang tiba- tiba.
“Erlangga? Kamu lagi jatuh cinta ya?” tanya Kasih pada Erlangga.
“Hmmm...menurut kamu? Iyadong...” jawab Erlangga sambil tersenyum, ia terus mengetik laporan dengan semangatnya sambil bersenandung kecil.
“Sama siapa nih Erlangga jatuh cintanya?” tanya Kasih penasaran pada Erlangga. Sebelumnya, Erlangga jarang sekali tampak jatuh cinta atau sebahagia ini.
“Elu tahu kok...sahabat kuliah kita dulu, anak UNESA juga...” jawab Erlangga dengan singkatnya.
“Kamu jatuh cinta sama Ratih ya....anak fakultas MIPA?” tanya Kasih penasaran.
“Bukan... yang diam, kaku, cantik dan anggun...hayo siapa?” tanya Erlangga membuat Kasih penasaran.
“Jangan bilang Yuna.... haha masa iya Yuna ada ada aja deh!” jawab Kasih sambil tertawa.
“Lho kok tau sih!” jawab Erlangga.
“Apa Lang? Lu nggak bercanda kan?” jawab Kasih...raut wajah Kasih menjadi begitu panik.
“Kenapa sih?” jawab Erlangga.
“Hai.... Erlangga..Yuna itu udah meninggal....” jawab Kasih pelan.
“Apa ? lu jangan bercanda deh...” jawab Erlangga.
“Serius.....” kata Kasih.
“Sudah ah.,,, lu mah ada- ada aja,” kata Erlangga. Erlangga lalu meninggalkan kasih dan memilih makan siang di kantin bersama teman- temannya yang lain. Ia tak memperhatikan apa yang diucapkan Kasih, yang ia tahu kini Erlangga dan Yuna saling menyayangi.
 Keesokan harinya, Erlangga berniat mengambil jaket ke rumah Yuna sekaligus mengajak Yuna berjalan- jalan. Ia pun pergi ke rumah Yuna dengan membawa seikat mawar merah. Setelah ia mengetuk pintu keluarlah sosok mamanda Yuna, Erlangga pun langsung mencium tangannya.
“Ehhh.. Erlangga...mencari siapa ya?” tanya mamanda Yuna.
“Aku nyari Yuna tante... dia lagi smamak nggak hari ini?” tanya Erlangga pada mamanda Yuna.
Mamanda Yuna lalu mengajak Erlangga ke dalam rumahnya. Disana mamanda Yuna memberikan sebuah kotak milik Yuna, disana terdapat banyak foto Erlangga, puisi untuk Erlangga, bahkan surat cinta yang ditulis Yuna untuk Erlangga. Disana juga terdapat sebuah jam tangan yang dmamangkus kotak merah nan indah.
“Aduh...Yuna romantis sekali ya...aku jadi malu nih ma,” kata Erlangga sambil mengamati foto- foto dirinya. Ia juga membaca curahan hati Yuna yang berisi tentang kecintaannya terhadap Erlangga, namun ia mencintai Erlangga dalam diam.
“Owww ia... Yunanya mana ya ma?” tanya Erlangga.
“Nak...Yuna mengalami kecelakaan tepat setahun yang lalu..dan dia meninggal,” jawab lirih mamanya kepada Erlangga.
“Ia mengalami kecelakaan di jalan Kramajati ketika malam hari,” tambah mamanya dengan lirih.
Erlangga tak dapat berkata- kata selama ini....Yuna... perempuan pada malam itu..
“Nak... Yuna ingin sekali memberikan hadiah jam tangan ini untukmu, mama harap kamu mau ya menerima ini, jika kamu mau mama akan mengantarkan kamu hingga ke makamnya,” kata mamanya.
“Iya ma...aku menerima hadiah ini. Ayo ma, mari kita ke makam milik Yuna.”
Akhirnya, Erlangga pun tiba di pemakaman milik Yuna, disana ada jaket cokelat milikinya, yang ia pakaikan kepada Yuna ketika mengantarkan gadis itu pulang. Ia pun segera mengambil jaket itu, setelah itu ia mengaji untuk Yuna. Erlangga pun menaruh mawar merah yang telah ia bawa diatas makam Yuna.

Malam berikutnya, ia melewati jalan Kramajati lagi, sosok Yuna telah menunggunya, namun kali itu Erlangga hanya tersenyum pada Yuna, meninggalkannya di halte. Ketika ia menatap kaca spion bayangan Yuna telah karam dimakan malam... bayangan Yuna menghilang.
            Ia pun sempat bermimpi didatangi Yuna didalam tidurnya.
“Terimakasih Erlangga untuk segalanya...dan selamat jalan..”
“Yuna.... ?”
“Iya... ? aku selalu mencintaimu Erlangga...”
“Selamat jalan....”
Lalu bayangan Yuna menghilang, seperti malam- malam lalu ketika dia mengunjungi jalan Kramajati lagi, tak ada lagi sosok Yuna, tak ada lagi sosok perempuan yang duduk di halte tengah malam....kini ia berada di alam yang lain, yang akan mengantarkannya beristirahat untuk selamanya. Selamat jalan Yuna...Selamat jalan perempuan malam!

Demikian contoh cerpen dengan judul wanita malam, semoga bermanfaat bagi sahabat pembaca sekalian.


Share it :

loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar